By Asep Reno
Agatha Christie,
penulis novel fiksi criminal Inggris. Beliau telah menulis lebih dari 80 novel
dan sandiwara teater yang berisikan kisah detektif dan misteri.[1]
Buku-bukunya sangat fenomenal dan diterjemahkan lebih dari 2 miliar buku di
seluruh dunia. Beliau adalah penulis dengan karyanya paling laku sepanjang
sejarah.[2]
Saya terinspirasi
menulis buku lebih tepatnya sebuah novel dari Beliau. Saya ingin sekali menjadi
manusia yang bisa produktif dalam menulis sebuah buku hingga akhir hayat
sekali. Dimulai dari sebuah tulisan ini semoga saja akan berlanjut sampai
kematian menjemput.
Bukan hanya beliau
saja inspirasiku. Imam Nawawi, beliaulah namanya. Penulis karya Riyadhus
Salihin, Arba’in An-Nawawiyah, karya beliau yang paling fenomenal sepanjang
masa. Semasa hidupnya, dia selalu menyibukkan diri menuntut ilmu, menulis
kitab, menyebarkan ilmu, ibadah kepada Allah, selalu sabar atas segala cobaan
yang diberikan oleh Allah.[3]
Beliau banyak menggunakan waktu untuk menulis bahkan sering tidak tidur malam
untuk mengerjakan apa yang beliau cintai.[4]
Sepanjang hidupnya habis dalam menulis buku dan menuntut ilmu.
Dan masih banyak lagi
seperti Nurcholish Madjid, Azyumardi Azra, Gus Dur, Imam Thabari.
Beliau adalah salah
seorang ulama yang luar biasa. Bintang yang bersinar. Beliau adalah sosok guru
yang dihabiskan waktunya untuk menulis dan berdiskusi. Selalu menulis sejak
pagi hingga waktu ashar.[5]
Hanya berhenti untuk sholat dan sedikit makan. Selepas isya, beliau melanjutkan
lagi sampai larut malam untuk menulis.
Kitabnya yang paling
monumental adalah Kitab Jami’ Al Bayan an Ta’wil Ayi Al Qur’an atau lebih
dikenal Tafsir Ath Thabari yang beliau tulis dalam 26 Jilid. Subhanallah.
Beliau sebelum menulis kitab ini sudah merencanakannya dengan matang, membuat
outline, mengumpulkan referensi, meneliti, dan membandingkan referensi-referensi
tersebut dan kemudian mengambil riwayat yang paling shohih.[6]
Banyak sekali
inspirasiku dalam menulis. Menulis kitab dengan ikhlas dan namanya tetap harum
walaupun sudah mati. Ilmunya senantiasa dipelajari jutaan manusia dan seluruh
umat Islam sampai akhir zaman kelak. Memang para Imam-imam yang menghasilkan
karya sudah mati secara fisik, tetapi sesungguhnya mereka hidup di sisi
Tuhannya dan mendapat rezeki.[7]
Bisa jadi, sesungguhnya kitalah yang “mati” meski fisik kita berkeliaran
kesana-kemari tetapi sesungguhnya belum menghasilkan karya apapun untuk umat,
kecuali sedikit saja yang rela menghabiskan waktunya untuk menulis dan
berkarya.
Semoga diriku bisa konsisten menulis karya-karya dan buku-buku yang kelak bisa bermanfaat untuk banyak orang. Amiin.
[4] http://muslim.or.id/671-biografi-ringkas-imam-nawawi.html diakses pukul 08:46 tanggal 2 Oktober 2015
[5] http://www.fimadani.com/imam-besar-ath-thabari-ulama-langka-multi-talenta/ diakses pukul 09:07 tanggal 2 Oktober 2015