Iklan rokok yang
sering kulihat di TV sungguh membuatku ngeri. Dengan sebatang rokok, akan
menimbulkan penyakit yang beragam. Jadi teringat dengan slogan “Merokok
membunuhmu.” Aku jadi takut jika mencoba rokok. Tetapi anak muda tetaplah darah
muda. Rasa ingin tahuku membuatku ingin sekali mencoba rokok walaupun hanya
seisap saja. Apalagi ajakan teman-temanku yang menawariku untuk merokok membuat
diriku tak tahan untuk merokok. Gejolak keinginan merokok atau tidak merokok
menghantui pikiranku.
“Nih ambil aja, cuy!” Rio memberikan sebatang rokok di taman sekolah. Kami bersama
teman-teman sedang nongkrong. Hampir semua teman-teman Andi merokok sambil
minum kopi.
Aku menelan
ludah. Ingin rasanya mengetahui bagaimana rasa rokok itu. Tapi lama kelamaan
rasa penasaranku mengalahkan pendirianku.
“Sekali ini aja
ya.” kataku
Aku segera
mengambil korek dan membakar rokok tersebut. Entah kenapa aku tak canggung
bagaimana cara merokok karena sering kali aku melihat teman-temanku merokok.
“Ayo cepet, cupu banget sih.”
Dengan terpaksa,
aku mengisap batang rokok itu. Dan dari situlah awal mula penderitaan hidupku
di mulai tiada henti. Dari awalnya coba-coba sampai kematian menggerogoti
jiwaku.
------------------
Umurku sekarang 29 tahun.
Rambutku sudah memutih. Jiwa mudaku pupus sudah. Rasa ingin tahuku sudah tak ada lagi dalam diriku. Yang
kuinginkan sekarang hanyalah bernapas lebih lama. Diriku sekarang sesak. Sulit
bernafas.
Hari demi hari
aku merasakan sakit yang amat dalam. Rokok memperlemah sistem kekebalan tubuhku.
Rambutku sekarang rontok sedikit demi sedikit. Muka, badan, termasuk kulit
kepala dan tanganku terdapat bintik-bintik merah yang aku sendiri takut jika melihatnya.
Mulutku hitam, sariawan menggerogoti bibirku. Aku sering mengerang kesakitan
sendiri di kamarku.
Apa yang terjadi
padaku Tuhan.
Batukku pun tak
kunjung sembuh. Kondisiku memburuk. Aku stress menghadapi penyakit ini. Aku
segera mengambil sepuntung rokok untuk menenangkan diriku. Tapi semakin aku
merokok, batukku semakin menjadi-jadi. Oh Tuhan.
Gara-gara rokok,
batukku semakin ganas. OH TIDAK. Batuk darah keluar dari mulutku. Aku ingin
segera meminta tolong kepada Dokter Arya, (dokter pribadiku) untuk melihat
kondisiku. Aku semakin kehilangan nafas. Sesak. Tubuhku kejang-kejang. Seluruh
tulang dan otot tubuhku terasa lemah tak berdaya. Dada, pundak, punggung dan
lenganku terasa sakit sekali.
Kupaksakan
diriku untuk memencet nomor telepon Dokter Arya dengan terengah-engah. Dokter
Arya datang. Melihat kondisiku yang semakin memburuk, dia tahu ajalku sudah
tidak lama lagi. Sekalipun diriku dibawakan ke rumah sakit, aku tak akan bisa
sembuh. Kanker paru-paru stadium 4 sudah seperti benalu pada hidupku. Tubuhku
yang kurus kerempeng tinggal tulang dengan kanker mematikan menjalar dari ujung
rambut hingga ujung kaki. Kematian akan datang sebentar lagi. Mati di dalam
penderitaan penuh penyakit ganas dan kronis. Mati dalam keadaan kulit keriput,
kusam dan tidak segar.
“Maaf, aku tak
bisa berbuat apa-apa lagi padamu.” Dokter Arya berkata dengan perasaan pasrah.
Mukanya terlihat iba dan ketakutan melihat diriku. Ia seperti melihat
penampakan Zombie yang menyeramkan, mengenaskan, menakutkan dalam diriku. Aku
takut melihat diriku sendiri. Takut sekali. Aku ingin mati saja.
Aku jadi teringat masa laluku. Awalnya aku
coba-coba ingin merokok. Lama kelamaan zat nikotin membuatku candu untuk terus
merokok. Aku bisa menghabiskan satu hingga dua bungkus rokok tiap hari. Aku
menyesal kenapa aku tidak segera berhenti merokok. Lebih menyesal lagi, di akhir
kematianku, aku bahkan masih mengambil sepuntung rokok untuk aku hisap. Rokok
hanyalah sebuah benda kecil, tak bernyawa, tapi bagaikan predator cilik yang
ganas dan membunuh para perokok secara perlahan. Kata orang, dia bisa
menenangkan jiwa. Tapi, kenyataannya dia merenggut nyawaku secara perlahan.
Aku meneteskan
air mata. Tak ada lagi yang bisa aku perjuangkan untuk hidup. Inilah jalan
terakhir yang harus ku tempuh untuk menghilangkan rasa sakit ini. Dokter Arya
segera memberiku racun sianida sesuai permintaanku di telepon. Aku segera
meminum racun itu. 5 menit kemudian, tubuh bagaikan ZOMBIE ini akhirnya MATI.
www.facebook.com/zombigaret
@zombigaret