Jumat, 25 April 2014

PREDATOR CILIK



Iklan rokok yang sering kulihat di TV sungguh membuatku ngeri. Dengan sebatang rokok, akan menimbulkan penyakit yang beragam. Jadi teringat dengan slogan “Merokok membunuhmu.” Aku jadi takut jika mencoba rokok. Tetapi anak muda tetaplah darah muda. Rasa ingin tahuku membuatku ingin sekali mencoba rokok walaupun hanya seisap saja. Apalagi ajakan teman-temanku yang menawariku untuk merokok membuat diriku tak tahan untuk merokok. Gejolak keinginan merokok atau tidak merokok menghantui pikiranku.
Nih ambil aja, cuy!” Rio memberikan sebatang rokok di taman sekolah. Kami bersama teman-teman sedang nongkrong. Hampir semua teman-teman Andi merokok sambil minum kopi.
Aku menelan ludah. Ingin rasanya mengetahui bagaimana rasa rokok itu. Tapi lama kelamaan rasa penasaranku mengalahkan pendirianku.
“Sekali ini aja ya.” kataku
Aku segera mengambil korek dan membakar rokok tersebut. Entah kenapa aku tak canggung bagaimana cara merokok karena sering kali aku melihat teman-temanku merokok.
“Ayo cepet, cupu banget sih.”
Dengan terpaksa, aku mengisap batang rokok itu. Dan dari situlah awal mula penderitaan hidupku di mulai tiada henti. Dari awalnya coba-coba sampai kematian menggerogoti jiwaku.
------------------
Umurku sekarang 29 tahun. Rambutku sudah memutih. Jiwa mudaku pupus sudah. Rasa ingin tahuku  sudah tak ada lagi dalam diriku. Yang kuinginkan sekarang hanyalah bernapas lebih lama. Diriku sekarang sesak. Sulit bernafas.
Hari demi hari aku merasakan sakit yang amat dalam. Rokok memperlemah sistem kekebalan tubuhku. Rambutku sekarang rontok sedikit demi sedikit. Muka, badan, termasuk kulit kepala dan tanganku terdapat bintik-bintik merah yang aku sendiri takut jika melihatnya. Mulutku hitam, sariawan menggerogoti bibirku. Aku sering mengerang kesakitan sendiri di kamarku.
Apa yang terjadi  padaku Tuhan.
Batukku pun tak kunjung sembuh. Kondisiku memburuk. Aku stress menghadapi penyakit ini. Aku segera mengambil sepuntung rokok untuk menenangkan diriku. Tapi semakin aku merokok, batukku semakin menjadi-jadi. Oh Tuhan.
Gara-gara rokok, batukku semakin ganas. OH TIDAK. Batuk darah keluar dari mulutku. Aku ingin segera meminta tolong kepada Dokter Arya, (dokter pribadiku) untuk melihat kondisiku. Aku semakin kehilangan nafas. Sesak. Tubuhku kejang-kejang. Seluruh tulang dan otot tubuhku terasa lemah tak berdaya. Dada, pundak, punggung dan lenganku terasa sakit sekali.
Kupaksakan diriku untuk memencet nomor telepon Dokter Arya dengan terengah-engah. Dokter Arya datang. Melihat kondisiku yang semakin memburuk, dia tahu ajalku sudah tidak lama lagi. Sekalipun diriku dibawakan ke rumah sakit, aku tak akan bisa sembuh. Kanker paru-paru stadium 4 sudah seperti benalu pada hidupku. Tubuhku yang kurus kerempeng tinggal tulang dengan kanker mematikan menjalar dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kematian akan datang sebentar lagi. Mati di dalam penderitaan penuh penyakit ganas dan kronis. Mati dalam keadaan kulit keriput, kusam dan tidak segar.
“Maaf, aku tak bisa berbuat apa-apa lagi padamu.” Dokter Arya berkata dengan perasaan pasrah. Mukanya terlihat iba dan ketakutan melihat diriku. Ia seperti melihat penampakan Zombie yang menyeramkan, mengenaskan, menakutkan dalam diriku. Aku takut melihat diriku sendiri. Takut sekali. Aku ingin mati saja.
 Aku jadi teringat masa laluku. Awalnya aku coba-coba ingin merokok. Lama kelamaan zat nikotin membuatku candu untuk terus merokok. Aku bisa menghabiskan satu hingga dua bungkus rokok tiap hari. Aku menyesal kenapa aku tidak segera berhenti merokok. Lebih menyesal lagi, di akhir kematianku, aku bahkan masih mengambil sepuntung rokok untuk aku hisap. Rokok hanyalah sebuah benda kecil, tak bernyawa, tapi bagaikan predator cilik yang ganas dan membunuh para perokok secara perlahan. Kata orang, dia bisa menenangkan jiwa. Tapi, kenyataannya dia merenggut nyawaku secara perlahan.
Aku meneteskan air mata. Tak ada lagi yang bisa aku perjuangkan untuk hidup. Inilah jalan terakhir yang harus ku tempuh untuk menghilangkan rasa sakit ini. Dokter Arya segera memberiku racun sianida sesuai permintaanku di telepon. Aku segera meminum racun itu. 5 menit kemudian, tubuh bagaikan ZOMBIE ini akhirnya MATI.



Cerpen ini dibuat dalam rangka meramaikan Lomba Menulis "Diary Sang Zombigaret"  
www.facebook.com/zombigaret 
@zombigaret